Sabtu, 29 Juni 2013

Semenjak diumumkannya kenaikan harga BBM, Jum'at 21 Juni 2013 pukul 22.00 WIB. dunia ini serasa berhenti berputar (lebay dikit). Dikepala ini udah kepikiran aja, pasti harga sayur jadi naek kalo gak naek pasti dapetnya jadi dikit (maklum anak kosan) hehe.. yang sering naek angkot pasti juga udah mulai ketar-ketir "jadi berapa yaa ongkosnya?" >,< teeeeeeeetttttttt (GALAU) :(

Sedikit cerita aja nih yaa, Sabtu 22 Juni 2013. Ceritanya nih saya mau cari makan siang dirumah makan depan kosan, belum juga sempet milih sayur sama lauk.. Eh, si ibu udah bilang aja "haduh.. ibu jadi bingung ini mau jual ayam sambelnya berapa, gara-gara BBM naik semua ikut naik." saya sih gamau komen apa-apa, cuma kasih senyum :) aja laju tanya "ayam sambel satu bu.." "sekarang ayamnya mengecil yaa, tapi harganya tetep sama lapan ribu." jawab si ibu. :o

Kenapa yaa ? setiap BBM naik, semua harga jadi naik. Tapi yang lebih membingungkan saya, kenapa gaji karyawan, PNS, buruh, dsb. tetep segitu-gitu aja. :D Bahkan harga karet tetep lebih parah (maklum.. bapak petani karet hehe)

Katanya sih, dinaikkannya harga BBM kali ini karena subsidi BBM selama ini kurang tepat sasaran. Ada benernya juga tapi, bayangin aja noh mobil-mobil mewah yang masih pake BBM bersubsidi yang dulunya sih masih seharga Rp.4500,-/liter. Bayangin aja mas broo, berapa banyak tuh mobil yang sangat gak tau malunya mikut ngrasain BBM subsidi.
Ada lagi nih..
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah menegaskan bahwa dana kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disiapkan pemerintah untuk masyarakat miskin bukan berasal dari utang lembaga-lembaga donor internasional. Menurut Firmanzah, ada Rp 29,6 triliun, dengan rincian untuk program penanggulangan kemiskinan dimana di dalamnya ada program Raskin, beasiswa siswa miskin, dan Program Keluarga Harapan (PKH). Selain itu juga BLSM kepada 11,5 juta rumah tangga sasaran dan pembangunan infratsruktur desa untuk membangun irigasi dan sanitasi air bersih.
Semoga saja semua rencana pemerintah ini benar-benar direalisasikan dan tepat sasaran, jangan sampe yaa dana segitu banyak pada masuk perut apalagi sampe dibagi-bagikan ke wanita-wanita cantik. :P


Yang tidak kalah penting, penegakan hukum seyogyanya ditegakkan. Ketika disparitas harga kian tinggi, sesungguhnya adalah peluang bagi oknum pejabat, oknum aparat, dan oknum pengusaha untuk memanfaatkan situasi. Untuk itu, yang dibutuhkan dalam hal ini adalah penegakan hukum dan bukan menyalahkan disparitas harga domestik dengan internasional. Saya tidak tahu, apakah memang benar cerita-cerita yang saya sering dengar bahwa eksportir dan importir nakal itu sesungguhnya memang selalu menjadi peliharaan setiap rezim. Entahlah. Wallahu a’lam. 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar anda